Jaringan tenaga listrik
yang terganggu harus dapat segera diketahui dan dipisahkan dari bagian jaringan
lainnya secepat mungkin dengan maksud agar kerugian yang lebih besar dapat
dihindarkan.
Gangguan
pada jaringan tenaga listrik dapat terjadi diantaranya pada pembangkit,
jaringan transmisi atau di jaringan distribusi. Penyebab gangguan tersebut
tersebut dapat diakibatkan oleh gangguan sistem dan non sistem.
Gangguan Sistem
Gangguan
sistem adalah gangguan yang terjadi di sistem tenaga listrik seperti pada
generator, trafo, SUTT, SKTT dan lain sebagainya. Gangguan system dapat
dikelompokkan sebagai gangguan permanen dan gangguan temporer.
Gangguan
temporer adalah gangguan yang hilang dengan sendirinya bila PMT terbuka,
misalnya sambaran petir yang menyebabkan flash over pada isolator SUTT. Pada
keadaan ini PMT dapat segera dimasukan kembali, secara manual atau otomatis
dengan AutoRecloser.
Gangguan permanen
adalah gangguan yang tidak hilang dengan sendirinya, sedangkan untuk pemulihan
diperlukan perbaikan, misalnya kawat SUTT putus.
Gangguan Non Sistem
PMT terbuka tidak selalu
disebabkan oleh terjadinya gangguan pada sistem, dapat saja PMT terbuka oleh
karena relai yang bekerja sendiri atau kabel kontrol yang terluka atau oleh
sebab interferensi dan lain sebagainya. Gangguan seperti ini disebut gangguan
bukan pada sistem, selanjutnya disebut gangguan non-sistem.
Jenis gangguan
non-sistem antara lain :
§ Kerusakan komponen relai
;
§ Kabel kontrol terhubung
singkat ;
§ Interferensi / induksi pada kabel kontrol.
Proteksi Penghantar
Jaringan
tenaga listrik secara garis besar terdiri dari pusat pembangkit, jaringan
transmisi (gardu induk dan saluran transmisi) dan jaringan distribusi..
Dalam usaha untuk
meningkatkan keandalan penyediaan energi listrik, kebutuhan sistem proteksi
yang memadai tidak dapat dihindarkan.
Blok diagram Sistem
proteksi Penghantar..
Gambar 2. Blok diagram sistem
proteksi Penghantar
Sistem
proteksi jaringan (SUTT dan SUTET) terdiri dari Proteksi Utama dan Proteksi
Cadangan.
Relai untuk proteksi utama yang dikenal saat ini
:
a) Distance Relay
§ Basic atau Step
§ PUTT
§ POTT
§ Blocking
b) Differential Relay
§ Pilot
§ Current
§ Phase
c) Directional Comparison Relay
§ Impedance
§ Current
§ SuperImposed
Proteksi
Cadangan adalah sebagai berikut :
§ Sistem proteksi cadangan lokal : OCR & GFR
§ Sistem proteksi cadangan jauh : Zone 2 GI remote
Sistem Proteksi SUTET
Pada dasarnya, hanya ada
satu pola pengaman SUTET yang dipakai pada sistem transmisi 500 kV di pulau
Jawa, yaitu suatu pola yang menggunakan dua Line Protection (LP) berupa Distance
Relay (Z) + Tele Proteksi (TP) yang identik, disebut LP(a) dan LP(b). Pada
setiap LP terdapat Directional Earth Fault Relay (DEF) sebagai
komplemennya.
Pola
ini selanjutnya dilengkapi dengan Reclosing Relay untuk melakukan SPAR.
Pola ini dipakai di hampir seluruh SUTET PLN di Jawa dan untuk selanjutnya akan
disebut sebagai pola standar. Namun demikian, disamping pola yang standar
terdapat dua pola lain yang non standar.
Pola non standar yang
pertama mempunyai dua LP, yaitu : i) LP(a) berupa Directional Comparison (DC)
dari jenis Non-Impedance Relay, yang di-backup oleh sebuah Distance
Relay tanpa Tele Proteksi, ii) LP(b) berupa distance relay + DEF dengan
Tele Proteksi, yang di-backup oleh sebuah Distance Relay tanpa Tele
Proteksi. Pola ini hanya digunakan pada SUTET Saguling - Cirata 1.
Pola non standar yang
kedua mempunyai LP(a) berupa Phase Comparison yang di backup oleh
Distance Relay tanpa Tele Proteksi, dan LP(b) berupa Distance Relay + DEF
dengan Tele Proteksi yang di-backup oleh Distance Relay tanpa Tele Proteksi. Pola ini hanya digunakan pada SUTET Saguling - Cirata 2.
Tabel
II.3.1. Pola Standar
Media Telekomunikasi
Media PLC dapat digunakan
untuk Distance Relay, Comparison Directional Relay, dan Comparison
Phase Relay.
Media Fibre Optic dapat
digunakan untuk Distance Relay, relai directional comparison, relai
phase comparison, dan relai current differential.
Media Micro Wave dapat digunakan untuk distance
relay, relai directional comparison, relai phase comparison, dan relai current
differential.
Distance
Relay ( Relay Jarak)
Relai jarak digunakan
sebagai pengaman utama (main protection) pada SUTT/SUTET dan sebagai backup
untuk seksi didepan. Relai jarak bekerja dengan mengukur besaran impedansi (Z)
transmisi dibagi menjadi beberapa daerah cakupan yaitu Zone-1, Zone-2, Zone-3,
serta dilengkapi juga dengan teleproteksi (TP) sebagai upaya agar proteksi
bekerja selalu cepat dan selektif di dalam daerah pengamanannya.
Gambar
3. Daerah pengamanan Relay jarak
Prinsip
Kerja Relai Jarak
Relai jarak mengukur
tegangan pada titik relai dan arus gangguan yang terlihat dari relai, dengan
membagi besaran tegangan dan arus, maka impedansi sampai titik terjadinya
gangguan dapat di tentukan.
Relai jarak akan
bekerja dengan cara membandingkan impedansi gangguan yang terukur dengan
impedansi seting, dengan ketentuan :
§
Bila harga impedansi ganguan
lebih kecil dari pada impedansi seting relai maka relai akan trip.
§
Bila harga impedansi ganguan
lebih besar dari pada impedansi seting relai maka relai akan tidak trip.
Gambar
4. Block diagram Relay jarak
Gambar 4. merupakan
block diagram relai jarak yang terpasang di instalasi yang terdiri dari :
1.
Peralatan tegangan tinggi (HV apparatus)
§ PMT
§ PMS
§ CT
§ PT Line dan Bus
2. Marshalling Kios
§ MCB PT
§ MCB sumber AC/DC
§ Terminal rangkaian arus
(CT) dan tegangan (PT).
§ Terminal limit switch PMT
dan PMS
§ Terminal rangkaian trip
dan reclose
3. Panel Relay
§ MCB AC dan DC
§ Relai Jarak
§ Relai Lock Out
§ Aux. relai
4. Panel PLC
§ Sinyal Kirim (carrier
send)
§ Sinyal terima (carrer
reciept)
§ Sinyal CIS
Penyetelan Daerah Jangkauan pada Rele Jarak
Gambar 5. Daerah
penyetelan rele jarak tiga tingkat
Relai jarak pada dasarnya bekerja mengukur impadansi saluran, apabila impedansi
yang terukur / dirasakan relai lebih kecil impedansi tertentu akibat gangguan (
Zset < ZF ) maka relai akan bekerja.
Prinsip ini dapat memberikan selektivitas pengamanan, yaitu dengan
mengatur hubungan antara jarak dan waktu kerja relai. Penyetelan relai jarak
terdiri dari tiga daerah pengamanan, Penyetelan zone-1 dengan waktu kerja relai
t1, zone-2 dengan waktu kerja relai t2 , dan zone-3 waktu kerja relai t3 .
Penyetelan Zone-1
Dengan mempertimbangkan adanya kesalahan-kesalahan dari data saluran,
CT, PT, dan peralatan penunjang lain sebesar 10% - 20 % , zone-1 relai disetel
80 % dari panjang saluran yang diamankan. Zone-1 = 0,8 . Z L1 (Saluran) (3.33) Waktu
kerja relai seketika, (t1= 0) tidak dilakukan penyetelan waktu .
Penyetelan Zone-2
Prinsip peyetelan Zone-2 adalah berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai
berikut :
Zone-2
min = 1,2 . ZL1
Zone-2
mak = 0,8 (Z L1 + 0,8. ZL2)
Dengan
: ZL1 = Impedansi saluran yang diamankan.
ZL1 =
Impedansi saluran berikutnya yang terpendek ( )
Waktu kerja relai t2= 0.4 s/d 0.8 dt.
Penyetelan zone-3
Prinsip penyetelan zone-3 adalah berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai
berikut :
Zone-3min
= 1.2 ( ZL1 + 0,8.ZL2 ) (3.36)
Zone-3mak1
= 0,8 ( ZL1 + 1,2.ZL2 ) (3.37)
Zone-3mak2
= 0,8 ( ZL1 + k.ZTR ) (3.38)
Dengan
: ZL1 = Impedansi saluran yang diamankan
ZL2 =
Impedansi saluran berikutnya yang terpanjang
Waktu
kerja relai t3= 1.2 s/d 1.6 dt.
Peyetelan zone-3 reverse
Fungsi penyetelan zone-3 reverse adalah digunakan pada saat pemilihan teleproteksi
pola blocking.
Dasar peyetelan zone-3 reverse ada dua jenis :
Bila Z3 rev memberi sinyal
trip. Zone-3 rev = 1.5 Z2-ZL1
Bila Z3 rev tidak memberi
sinyal trip. Zone-3 rev = 2 Z2-ZL1.
Penyetelan Starting
Fungsi
starting relai jarak adalah :
1.
Mendeteksi adanya gangguan.
2. Menentukan jenis gangguan dan memilih fasa yang
terganggu. Prinsip penyetelan starting di bagi 2, yaitu :
1. Starting arus lebih : I fasa-fasa = 1.2 CCC atau
ct I fasa-netral = 0.1. CCC atau ct
2. Starting impedansi Zsmin = 1.25 x Zone-3 Zs max=
0.5 x kV/(CCC atau Ct x√3)
Penyetelan Resistif reach
Fungsi penyetelan resistif reach adalah mengamankan
gangguan yang bersifat high resistance.
Prinsip penyetelan resistif reach (Rb) tidak melebihi dari kreteria
setengah beban (1/2 Z beban ).
Untuk system 70 kV : Rb = 15
x Zone-1 x k0 x 2.
Untuk system 150 dan 500 kV :
Rb = 8 x Zone-1 x k0 x 2.
Directional Comparison Relay.
Relai penghantar yang prinsip kerjanya
membandingkan arah gangguan, jika kedua relai pada penghantar merasakan
gangguan di depannya maka relai akan bekerja. Cara kerjanya ada yang menggunakan
directional impedans, directional current dan superimposed.
Gambar 6. Directional comparison relay
Current Differential Relay
Prinsip kerja pengaman differensial arus saluran
transmisi mengadaptasi prinsip kerja diferensial arus, yang membedakannya
adalah daerah yang diamankan cukup panjang sehingga diperlukan :
v
Sarana
komunikasi antara ujung-ujung saluran.
v
Relai
sejenis pada setiap ujung saluran. Karena ujung-ujung saluran transmisi
dipisahkan oleh jarak yang jauh maka masing-masing sisi dihubungkan dengan :
v
kabel
pilot
v
saluran
telekomunikasi : microwave, fiber optic.
Gambar 7. Relai arus differensial
Auto Recloser
Saluran udara tegangan tinggi (SUTT/SUTET) merupakan salah satu bagian sistem yang paling
sering mengalami gangguan, sebagian besar dari sumber gangguan tersebut
(sekitar 80 %) bersifat temporer[2] yang akan segera hilang setelah Pemutus
Tenaga (PMT) trip. Agar kesinambungan pelayanan/ suplai energi listrik
tetap terjaga serta batas stabilitas tetap terpelihara maka PMT dicoba masuk
kembali sesaat setelah kejadian trip diatas. Dengan memasukan kembali PMT ini
diharapkan dampak gangguan yang bersifat temporer tersebut dapat dikurangi.
Untuk mengurangi dampak gangguan tersebut terhadap
keandalan penyediaan tenaga listrik, khususnya pada saat terjadi gangguan
temporer, maka pada SUTT/ SUTET tersebut dipasang auto recloser (A/R).
Pengoperasian auto-recloser diharapkan dapat meningkatkan availability (ketersediaan)
SUTT/ SUTET, hal ini berarti peluang (lama dan frekuensi) konsumen terjadi
padam dapat dikurangi. Namun sebaliknya, pengoperasian A/R secara tidak tepat
dapat menimbulkan kerusakan pada peralatan, sehingga dapat menimbulkan dampak
pemadaman meluas serta waktu pemulihan yang lebih lama.
Penentuan Dead Time.
Penentuan dead time harus mempertimbangkan hal
berikut :
a. Stabilitas dan sinkronisasi sistem.
v Tidak berpengaruh pada jaringan radial tetapi
berpengaruh pada jaringan yang memiliki lebih dari satu sumber (pembangkit atau
IBT).
v Dead time dipilih sesuai dengan kebutuhan sistem
dan keamanan peralatan.
b. Karakteristik PMT.
Waktu yang diperlukan oleh PMT untuk trip dan reclose harus diperhitungkan,
khususnya untuk A/R cepat.
v Waktu de-ionisasi udara.
v Operating time PMT (0.05 - 0.1 detik).
v Waktu reset mekanik PMT (0.2 detik).
Selain itu pengaruh penurunan
kemampuan PMT karena umur harus dipertimbangkan dalam menentukan pola dan waktu
operasi ( lambat atau cepat) A/R.
c. Karakteristik peralatan proteksi.
Harus diperhitungkan waktu yang
dibutuhkan untuk reset peralatan proteksi.
Penentuan reclaim time.
a.
Reclaim
time harus lebih lama dari waktu kerja relai proteksi, namun untuk basic time
(instanteneous) pertimbangan ini tidak diperlukan.
b.
Reclaim
time harus memperhitungkan waktu yang diperlukan oleh mekanisme closing PMT
agar PMT tersebut siap untuk reclose kembali. Umumnya untuk sistem hidraulik memerlukan waktu 10 detik.
Kriteria Seting Untuk SPAR :
a. Dead time :
·
lebih kecil
dari seting discrepancy dan seting GFR
·
lebih besar
dari operating time pmt, waktu reset mekanik pmt, dan waktu pemadaman busur api
+ waktu deionisasi udara.
·
Tipikal
set 0.5 s/d 1 detik.
b. Reclaim time :
Memberi kesempatan pmt untuk kesiapan siklus O-C-O berikutny tipikal 40
detik.
Seting berbeda untuk kedua sisi :
Untuk sumber di kedua sisi maka sisi dengan fault level rendah reclose terlebih
dahulu baru kemudian sisi lawannya.
Untuk sumber di satu sisi (radial double sirkit) bila tidak terdapat S/C
untuk operasi manual yang terpisah dari S/C untuk A/R maka untuk keperluan manuver
operasi, reclose pertama dapat dilakukan dari sisi sumber.
SUTT yang tersambung ke pembangkit
A/R untuk SUTT yang kedua sisi tersambung ke Pembangkit maka pola yang
dipilih TPAR (inisiate gangguan 1 fasa) dengan seting dead time lebih lama. SUTT
yang hanya satu sisi tersambung ke pembangkit maka pola yang dipilih TPAR
dengan pola S/C di sisi pembangkit diseting DL/DB out.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar